![]() |
Gambar dari sini |
Saya tertarik melihat beberapa project crowd funding dan
berdonasi yang saat ini semakin mudah ditemukan di Indonesia. Sungguh sebuah
budaya yang baik, terbukti bahwa meskipun bangsa ini memiliki Indeks Harapan
Hidup yang relative rendah ternyata masih banyak yang mampu memberi bagi sesama.
Selain memberi melalui donasi, saya juga melihat adanya trend volunteer yang
cukup banyak dalam tahun terakhir. Saya yang bekerja di sector social sering
mendapat pertanyaan, “Adakah kesempatan untuk menjadi volunteer di
organisasimu?” Saya pernah menjawab ya dan pernah juga menjawab tidak sambil
merekomendasikan beberapa gerakan social yang secara rutin membutuhkan
volunteer untuk mengisi kegiatan mereka. Saya pun pernah beberapa kali menjadi
volunteer di beberapa kegiatan, walau mungkin sebenarnya tanpa menjadi
volunteer pun saya bisa dengan leluasa pergi ke desa, bertemu anak-anak dan
masyarakat sesuai pekerjaan saya. Tapi sekali-kali saya merasa perlu melepaskan
bendera organisasi yang melekat erat pada diri saya, sehingga ketika turun dari
mobil pun masyarakat dan anak-anak sudah mengetahui siapa yang datang.
Beberapa hari sebelum kegiatan volunteer atau voluntourism
digelar, biasanya panitia akan sibuk mengumpulkan berbagai macam donasi dan
yahh saya menemukan bahwa yang saat ini sangat hip adalah “BUKU” Sungguh niat
yang amat mulia menyebarkan hobi membaca dan berharap dapat meningkatkan
kemampuan literasi hingga ke pelosok negeri ini. Muncullah berbagai gerakan
anak muda yang rela bersusah payah mengumpulkan donasi dan orang-orang tak lupa
pula ada beberapa yayasan yang siap menyalurkan dana mereka pada komunitas
berbagi tersebut. Sungguh saya amat bangga sebagai anak muda Indonesia melihat
kerja teman-teman saya itu, apalagi saya yang hanya berdiam diri memantau dari
sosmed dan tidak berbuat apa-apa sebelum hari H.
Pada saat hari H,
panitia pun mulai sibuk mengatur keberangkatan, logistic, transport hingga
akomodasi dan ya itu dia barang-barang hasil donasi yang sangat banyak.
Setibanya di tempat tujuan, masyarakat dan anak-anak sudah menantikan kehadiran
para tamu. Para volunteer kemudian mulai bergabung dengan anak-anak dan
melakukan berbagai kegiatan yang pastinya tak lepas dari bergerak dan menyanyi
(Jangan lupa dokumentasikan dengan smartphone dan kamera andalan, mau
diposting? Sabar nunggu ada sinyal) . Di sisi lain ada sekelompok yang mulai
membongkar buku-buku dan menyusunnya dengan rapi ala perpustakaan, dan mata
saya pun tertuju pada setumpuk buku vintage dengan title CBSA, apa itu CBSA?
Saya pun teringat pada sebuah kurikulum zaman jahiliah bernama “Cara Belajar
Siswa Aktif” dan setumpuk buku zaman Orba bahkan ada yang dicetak di saat ayah
saya masih kuliah! Beberapa buku bekas memang merupakan sumbangan dari
orang-orang, namun saya bingung mengapa buku zaman Orba tersebut masih terlihat
rapi dan ternyata dibeli dengan harga yang sangat murah dari Toko Buku. Buku-buku
kemudian disusun dengan rapi, tak lupa didokumentasikan detik per detik nya.
Jangan lupa di akhir, memajang buku-buku bagus di bagian terdepan dan cekrekk.
Sungguh anak muda yang sangat visioner, ketika pemerintah berusaha membuat
kurikulum yang fantastis setiap ada menteri baru dan kalian malah
merekomendasikan buku-buku zaman orba ya mungkin kita memang belum move on.
Bagaimana mau move on ke full day school bila ternyata buku Orde Baru terbukti
masih berkualitas? :)
Sebelum berpisah, tiba lah saat yang dinantikan apalagi
kalau bukan bagi-bagi. Anak-anak dan masyarakat pun menerima beberapa hadiah
yang membuat senyum mereka tambah sumringah tak lupa dokumentasi siaga penuh
dan di akhir acara…. Anak-anak pun dilatih berulang kali untuk mengucapkan
paduan suara berisi,” TERIMAKASIH …………… (iklan)” Rasa kagum, miris, dan ingin tertawa
pun bercampur. Saya kemudian mengetahui bahwa dokumentasi ini menjadi sangat
penting untuk portfolio pribadi ataupun kelompok di social media ohh ya juga untuk
tanggung jawab kepada sang pendonor yang notabene berisi putera-puteri terbaik
negeri ini dengan kadar pendidikan yang jauh melebihi saya. Bila sudah
menemukan sinyal, jangan lupa share dengan hestek kekinian dan sebarkan
semangat berbagi! Jangan lupa tonton videonya, timelapse nya keren loh…
Di akhir kata, ampunilah saya seorang yang nyinyir dengan
perbuatan baik orang lain, memang saya bukan pemberi yang baik bahkan tak mampu
merelakan buku-buku nya untuk dibagikan karena saya memang sangat mencintai
buku-buku tersebut. Terberkatilah para pemberi baik hati di tempat nun jauh
disana yang memandang dokumentasi dan pertanggung jawabannya dengan senyum
haru. Untuk anak-anak muda semangatlah menjadi aktivis social dan semoga sikap
relawan tetap tumbuh tanpa batas di negeri ini sejalan dengan feed social media
kita. Semoga kita tidak hanya bisa memberi materi, tetapi juga memberikan hati
kepada mereka yang terpinggirkan. Untuk sang penerima, bersyukurlah meskipun
kalian tidak tahu itu datang darimana dan bagaimana menggunakan bantuan
tersebut. Salam solidaritas!
Kemudian saya teringat lagu sekolah minggu
“ B’RILAH YANG BAIK,
B’RILAH YANG BAIK,
TUHAN SUDAH MEMB’RI
KAU YANG TERBAIK.
APA YANG KAU B’RI, B’RI LAH SKARANG.
TUHAN PASTI BALASKAN DAN
BERKATI KAU S’LAMANYA…”
Tertanda
Mari Berefleksi
Komentar
Posting Komentar